SELAMAT DATANG

Monday, February 29, 2016

Allah Tak Butuh Ibadah Kita.. Kita Yang Butuh Allah..

 “Sesungguhnya saya mengadakan Jin dan juga manusia sekedar buat beribadah kepada - Ku (QS. Adz - Dzariat: 59).

Pernah sesuatu dikala kita terasa hampa dalam beribadah. Ibadah yang sering dicoba merasa kering tanpa ruh. Seolah - olah cuma menjalakan rutintas belaka tanpa makna. terlebih lagi dalam keadaan sendiri, kita kerap terasa futur dalam beribadah. terlebih lagi dapat jadi hingga meninggalkan amalan - amalan sunnah yaumiyah kita. bisa jadi dalam hati kita kerap melaksanakan pembelaan - pembelaan yang sesungguhnya tidak pantas dibela. Misalkan kita berdalih karna banyak aspek yang menimbulkan keringnya ibadah yang kita lakukan. misalnya karna pekerjaan yang “padat merayap”. Banyak perihal yang wajib dituntaskan dan juga lain sebagainya. Di sisi lain nyatanya terdapat wujud manusia yang boleh jadi pekerjaannya jauh lebih banyak dibanding kita masih istiqomah melangsungkan ibadah harian.

Kita tanpa siuman kerap meninggalkan amalan - amalan sunnah setiap hari terlebih lagi karna seringnya, meninggalkan amalan–amalan sunnah itu, menjadikannya bagaikan kebiasaan. selalu berlangsung tanpa kita sadari dan juga renungi. terus menjadi kerap hingga terus menjadi biasa kita meninggalkannya. Seakan - akan tidak merasakan ketiadaan ataupun berdosa kala meninggalkannya.

Dahulu dikala kita belajar mengaji bisa jadi kita begitu bergairah melaksanakan amalan - amalan sunnah itu. Kita tidak rela meninggalkannya walaupun dalam kondisi padat jadwal sekalipun. terlebih lagi dapat jadi kala kita dalam keadaan padat jadwal kita berjihad mencuri - curi waktu buat melaksanakan amalan - amalan sunnah tersebut. Allah merasa begitu dekat di hati kita. Kita seakan - akan begitu amat diawasi, sampai - sampai kita amat takut bila amalan - amalan sunnah itu kita tinggalkan. aku mengibarakan amalan - amalan sunnah kita itu serupa ban luar kendaraan kita. kala ban luar itu tidak kita perbaharui, lama ke lamaan ban luar itu tidak jadi pelindung ban dalam lagi. dampaknya ban dalam kendaraan kita kerap bocor. terlebih lagi terkoyak - koyak.

Dahulu dikala belajar mengaji kita begitu bergairah menasehati sahabat - sahabat kita kala mereka lalai dalam melangsungkan ibadah, tetapi dengan dalih kedewasaan beragama, kita membiarkan aja teman kita itu meninggalkan ibadahnya, baik karna kurang ingat maupun di sengaja. Menasehati dengan perkata haluspun tidak. membagikan sindiran secara haluspun juga tidak. Kita jadi individualistis. “Ah perkenankan aja itu urusannya sendiri, bukan urusan saya!” sementara itu amat bisa jadi kita menasehatinya tanpa wajib mengganggu ikatan individu kita. sementara itu kita ini merupakan sesama saudara. Apakah tega kita memandang kerabat kita seorang diri jatuh ke jurang dengan membiarkannya tanpa menasehatinya?. tidaklah di dalam tulisan Al - Ashr ayat 3 kita telah belajar kalau tugas menasehati itu bukan dominasi satu pihak, hendak namun terdapat kata “saling” yang berarti terdapat ikatan timbal balik?

Apakah lantaran takut temakan omongan kita sendiri, cemas di cap munafik, kita jadi tidak hirau dengan sesama kerabat sendiri? sering - kali aku seorang diri membayangkan seandainya itu terjadi, gimana keadaan kita di masa yang hendak datang? Ukhuwah Islamiyah kita dapat amat terancam dengan indikasi individualisme kita. Kita membiarkan aja kerabat kita terjatuh tanpa memperdulikannya sekalipun. Nauzubillah mindzaalik.

Sampai di manakah kita belajar agama Islam. Apakah agama ini cuma kita pahami bagaikan pengetahuan keilmuan semata, ataukah betul - betul kita amalkan semampu kita kemuliaan - kemuliaan yang terdapat di dalamnya? Menjadikannya napas kehidupan kita?

Mari penilaian saat ini juga

Malasnya kita beribadah sekali - kali tidak hendak kurangi kebesaran - Nya, tidak hendak sedikitpun mengeser singgasana - Nya. Bukan Allah yang memerlukan kita, hendak namun kita lah yang amat memerlukan Allah. walaupun kerap kali kita melupakan nikmat - nikmat yang tiap detik kita rasakan. “Nikmat Tuhan - Mu yang mana lagikah yang Engkau Dustakan? (QS. Ar - Rahman: 13), diulang sebanyak 31 kali.

Sungguh Allah Maha ketahui watak hamba - Nya. ia tidak menginginkan hamba - Nya terjerumus dalam lembah kenistaan. ia lewat tulisan cinta - Nya membagikan arahan kepada hamba - Nya supaya senantiasa mendekat kepada - Nya dan juga menyukuri seluruh nikmat - nikmat - Nya.

Memang sebagaimana sabda Rasulullah kalau manusia tempatnya salah dan juga lupa. hendak namun kala kita lalai, kita wajib lekas bertaubat, jangan sekali - kali menunda taubat. kala kita tidak merasakan ketiadaan dikala meninggalkan amalan - amalan sunnah, sebaiknya kita bertaubat. Jangan perkenankan noktah - noktah gelap itu jadi bukit gelap di hati kita.

“Setiap anak Adam (manusia) tentu kerap berbuat kesalahan “Dan sebaik - baik orang yang berbuat kesalahan merupakan yang ingin bertaubat.” (HR. Ibnu Majah no. 4251).

Banyak sekali firman - firman Allah yang membagikan arahan kepada manusia supaya tidak terjerumus. Banyak sekali hadits - hadits tentang berartinya bertaubat, berartinya mendekatkan diri kepada Allah. Sudahkah kita menghayatinya? Wallahua’lam bisshowab.


Sumber:
http_www_dakwatuna_com/2014/11/18/60155/allah-yang-butuh-kita-ataukah-kita-yang-butuh-allah/

Allah Tak Butuh Ibadah Kita.. Kita Yang Butuh Allah.. Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 comments:

Post a Comment