SELAMAT DATANG

Monday, March 14, 2016

Inilah Pertanyaan Spiritual Presiden Soekarno Yang Selama 10 Tahun Belum Terjawab, Akhirnya Dijawab Professor Cerdas Ini

 
 bisa jadi ini merupakan pertemuan sakral yang dirasakan oleh Prof. DR. H. Kadirun Yahya, Msc – seseorang angkatan 1945, pakar sufi, pakar fisika dan juga metafisika dan juga sempat berprofesi bagaikan rektor Universitas Panca Budi, Medan – dengan Presiden RI kesatu Ir. Soekarno.
Ia berbarengan rombongan dikala itu diterima di beranda Istana Merdeka (sekitar bulan Juli 1965) berbarengan dengan Prof. Ir. Brojonegoro (alm), Prof. dr. Syarif Thayib, ayah Suprayogi, Admiral John Lie, Pak Sucipto Besar, Kapolri, Duta Besar Belanda.

“Wah, pagi - pagi begini aku sudah dikepung oleh 3 Profesor - Profesor” kelakar Ir. Soekarno membuka diskusi kala menemui rombongan Prof. Kadirun Yahya beserta rombongan. setelah itu Presiden Soekarno mempersilakan rombongan tamunya buat duduk.
“Profesor Kadirun Yahya silakan duduk dekat saya”, pinta presiden Soekarno kepada Prof. Kadirun Yahya, terkesan khusus.

“Professor, ik horde van jou angkatan laut (AL) sinds 4 jaar, maar nu cocok onmoet ik jou, ik wou je eigenlijk iets vragen (saya dengar tentang engkau sudah semenjak 4 tahun, tetapi baru saat ini saya ketemu engkau, sesungguhnya terdapat suatu yang hendak saya tanyakan padamu),” kata presiden Soekarno dengan bahasa Belanda.
“Ya, tentang apa itu ayah Presiden…?”
“Tentang suatu perihal yang sudah hampir 10 tahun, aku cari - cari jawabannya, tetapi belum ketemu jawaban yang memuaskan. aku sudah bertanya pada seluruh ulama dan juga para intelektual yang aku anggap tahu. namun seluruh jawabannya senantiasa tidak memuaskan saya.”
“Lantas soalnya apa ayah Presiden?”
“Saya bertanya terlebih dulu tentang yang lain, saat sebelum aku majukan persoalan yang sebenarnya” jawab Presiden Soekarno.
“Baik Presiden” kata Prof. Kadirun Yahya
“Manakah yang lebih tinggi, Presiden ataupun Jenderal ataupun Profesor dibandingkan dengan sorga?” tanya Presiden. “Sorga” jawab Prof.Kadirun Yahya.
“Accoord (setuju)”, balas Presiden nampak lega.
Menyusul Presiden bertanya buat soal berikutnya. “Lantas manakah yang lebih banyak dan juga lebih lama pengorbanannya antara pangkat - pangkat dunia yang tadi dibandingkan dengan pangkat sorga?” tanyanya.

“Untuk Presiden, Jenderal, Profesor wajib berpuluh - puluh tahun berkorban dan juga ber - abdi pada Negara, nusa dan juga bangsa ataupun pada ilmu pengetahuan. sebaliknya buat memperoleh sorga wajib berkorban buat Allah segala - galanya. Berpuluh - puluh tahun terus menerus, terlebih lagi bagi agama Hindu ataupun Budha wajib beribu - ribu kali hidup dan juga berabdi, baru barangkali mampu masuk Nirwana,” jawab Prof. Kadirun.

“Accoord”, kata Bung Karno (panggilan akrab Presiden).
“Nu heb ik je te pakken Professor (sekarang baru mampu kutangkap engkau Profesor)” lanjut Bung Karno. nampak wajahnya terang berseri dengan senyumnya yang khas. dan juga kelihatannya Bung Karno belum mau cepat - cepat bertanya buat yang pokok masalah. “Saya cerita sedikit dulu” kata Bung Karno.
“Silakan ayah Presiden”.
“Saya telah memandang sahabat aku wafat dunia lebih dulu dari saya, dan juga kira - kira seluruhnya matinya kurang baik karna banyak dosa rupanya. Sayapun banyak dosa dan juga aku cemas mati jelek. hingga aku selidiki Al - Quran dan juga Al - Hadits gimana triknya biar dengan gampang hapus dosa aku dan juga mampu ampunan dan juga dapat mati tersenyum.”

“Lantas aku ketemu dengan satu Hadits yang untuk aku berharga. Bunyinya hampir bagaikan berikut: Rasulullah berkata; seseorang perempuan penuh dosa berjalan di padang pasir, berjumpa dengan seekor anjing dan juga kehausan. perempuan tadi mengambil gayung yang berisikan air dan juga berikan minum anjing yang kehausan itu. Rasul melalui dan juga berkata: Hai para sahabatku. Lihatlah, dengan berikan minum anjing itu, hapus dosa perempuan itu dunia dan juga akhirat. dia pakar sorga”.

“Nah Profesor, tadi engkau katakan kalau buat memperoleh sorga wajib berkorban segala - galanya, berpuluh - puluh tahun buat Allah baru mampu masuk sorga. Itupun barangkali. sedangkan saat ini seseorang perempuan yang berdosa dengan sedikit aja jasa, itupun pada seekor anjing pula, dihapuskan Tuhan dosanya dan juga dia pakar sorga. How do you explain it Professor?” Tanya Bung Karno lanjut. Profesor Kadirun Yahya nampak tidak langsung menjawab. dia sepi sejenak. lalu berdiri dan juga memohon kertas.

“Presiden, U zei, det U in 10 jaren’t antwoord niet hebt kunnen vinden, laten we zien (Presiden, tadi ayah katakan dalam 10 tahun tidak ketemu jawabannya, coba kita lihat), mudah - mudahan dengan dorongan Allah dalam 2 menit aja aku coba membagikan jawabannya dan juga memuaskan”, katanya.
Keduanya merupakan bersama eksakta, Bung Karno merupakan seseorang insinyur dan juga Profesor Kadirun Yahya merupakan pakar kimia/fisika.
Di atas kertas Prof. Kadirun mulai menuliskan penjelasannya.
10/10 = 1 ;
“Ya” kata Presiden.
10/100 = 1/10; “Ya” kata Presiden.
10/1000` = 1/100 ;
“Ya” kata Presiden.
10/10.000 = 1/1000 ;
“Ya” kata Presiden.
10/∞ (tak terhingga) = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
1000.000 …/∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
(Berapa aja Apa saja) /∞ = 0;
“Ya” kata Presiden.
Dosa/∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden. ———————————————–“
Nah…” lanjut Prof,
1 x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden
½ x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
1 zarah x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
“… ini artinya, si wanita, meski cuma 1 zarah jasanya, terlebih lagi terhadap seekor anjing sekalipun, mengkaitkan, menggandengkan gerakannya dengan yang Maha Akbar.”
“Mengikutsertakan yang Maha Besar dalam gerakan - gerakannya, hingga hasil dari gerakannya itu menciptakan ibadah yang begitu besar, yang langsung dihadapkan pada dosa - dosanya, yang pada dikala itu pula sirna berkeping - keping. Ditorpedo oleh PAHALA yang Maha Besar itu. 1 zarah x ∞ = ∞ Dan, Dosa/∞ = 0.
Ziedaar hetantwoord, Presiden (Itulah ia jawabannya Presiden)” jawab Profesor.

Bung Karno diam sejenak. “Geweldig (hebat)” katanya kemudian. dan juga Bung Karno nampak terus menjadi penasaran.
Masih terdapat lagi persoalan yang dia ajukan. “Bagaimana supaya mampu ikatan dengan Tuhan?” katanya.
Profesor Kadirun Yahya juga lanjut menjawabnya. “Dengan memperoleh frekuensi - Nya. Tanpa memperoleh frekuensi - Nya tidak bisa jadi terdapat kontak dengan Tuhan.”
“Lihat saja, meski 1 milimeter jaraknya dari suatu zender radio, kita letakkan radio dengan frekuensi yang tidak sama, hingga radio kita itu tidak hendak keluarkan suara dari zender tersebut. Begitu pula dengan Tuhan, meski Tuhan berposisi lebih dekat dari kedua urat leher kita, tidak bisa jadi terdapat kontak bila frekuensi - Nya tidak kita dapati”, jelasnya.
“Bagaimana supaya mampu frekuensi - Nya, sedangkan kita merupakan manusia kecil yang serba - serbi ketiadaan ?” tanya Presiden kemudian.
“Melalui isi dada Rasulullah” jawab Prof.
“Dalam Hadits Qudsi berbunyi yang maksudnya: Bahwasanya Al - Quran ini satu ujungnya di tangan Allah dan juga satu lagi di tangan kamu, hingga peganglah kuat - kuat hendak dia” (Abi Syuraihil Khuza’ayya.r.a), lanjutnya.

Prof menyambung, “Begitu pula dalam QS.Al - Hijr :29 – hingga sehabis saya sempurnakan ia dan juga saya tiupkan di dalamnya sebagian rohKu, rebahkanlah dirimu bersujud kepadaNya”.
“Nur Illahi yang terbit dari Allah seorang diri merupakan tali yang nyata antara Allah dengan Rasulullah. Ujung Nur Illahi itu terdapat dalam dada Rasulullah. Ujungnya seperti itu yang kita hubungi, hingga jelas kita hendak mampu frekuensi dari Allah SWT”, kata Prof.

Prof melanjutkan, “Lihat aja sunnatullah, cuma sinar matahari aja yang salah satunya hingga pada matahari. tidak terdapat yang hingga pada matahari melainkan cahayanya sendiri. pula gas - gas yang saringan - saringannya tidak terdapat yang hingga matahari, meski ‘edelgassen’ serupa: Xenon, Crypton, Argon, Helium, Hydrogen dan juga lain - lain. seluruh vacuum!

Yang hingga pada matahari cuma cahayanya karna dia terbit darinya dan juga tidak berpisah siang dan juga malamnya dengannya. Kalaulah matahari usianya 1 (satu) juta tahun, hingga cahayanyapun hendak berusia sejuta tahun pula. bahwa matahari lenyap hingga cahayanyapun hendak hilang. Matahari cuma mampu dilihat lewat cahayanya, tanpa cahaya, mataharipun tidak mampu dilihat”.
“Namun sinar matahari, tidaklah matahari – sinar matahari merupakan getaran transversal dan juga longitudinal dari matahari seorang diri (Huygens)”, jelas Prof.
Prof menyimpulkan, “Dan Rasulullah merupakan salah satunya manusia akhir era yang menemukan Nur Illahi dalam dadanya. absolut bila bakal memperoleh frekuensi Allah, ujung dari nur itu yang berposisi dalam dada Rasulullah wajib dihubungi.”
“Bagaimana trik menghubungkannya, sedangkan Rasulullah sudah meninggal sekian lama?” tanya Presiden. “
Prof menjawab, “Memperbanyak sholawat atas Nabi tentu hendak memperoleh frekuensi Beliau, yang spontan menemukan frekuensi Allah SWT.

–Tidak kukabulkan doa seseorang, tanpa shalawat atas Rasul - Ku. Doanya bergantung di awang - awang – (HR. Abu Daud dan juga An - Nasay).
Jika diterjemahkan secara akademis bisa jadi kurang lebih: “Tidak engkau menemukan frekuensi - Ku tanpa lebih dulu menemukan frekuensi Rasul - Ku”.
Sontak Presiden berdiri. “You are wonderful” teriaknya. Sejurus kemudian, dengan merangkul kedua tangan profesor, Presidenpun bermohon: “Profesor, doakan aku biar mampu mati dengan tersenyum dibelakang hari nanti… 


Sumber:
http_inforedaksi8_blogspot_co_id/2016/03/inilah-pertanyaan-spiritual-presiden.html

Inilah Pertanyaan Spiritual Presiden Soekarno Yang Selama 10 Tahun Belum Terjawab, Akhirnya Dijawab Professor Cerdas Ini Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 comments:

Post a Comment